Aku terlahir dengan palatoschisis/cleft palate, yakni celah di langit-langit mulut. Sejak bayi dan sampai usia 15
tahun aku hidup dengan langit mulut terbelah. Kau bisa bayangkan sendiri, atau
tidak terbayang? Tidak apa, itu memang sedikit sulit, terutama jika kau tidak
pernah bertemu penyandang palatoschisis. Tapi mungkin gambar berikut bisa
sedikit memberi gambaran.
gambar diambil dari: www.cdc.gov |
Semasa kanak-kanak, aku mengira semua orang juga memiliki kondisi langit-langit yang sama sepertiku, maka aku tidak tau bahwa langit mulut terbelah itu adalah kekurangan fisik. Aku juga tidak merasa ngeri sama sekali melihat lubang menganga di dalam rongga
mulut. Terlebih, bukan satu hal mengherankan jika itu telah ada bersamamu sejak
engkau kecil bukan?
Aku hanya bingung ketika orang-orang
sering bertanya, kenapa langit mulutku terbelah seperti itu. Kenapa ada bekas
jahitan di atas bibirku tepat di bawah hidung, melingkar dari lubang yang satu
ke lubang hidung yang lain. Aku jawab tidak tau, karna memang tidak tau kenapa
begitu...
Aku baru sadar ketika memperhatikan orang-orang membuka mulut dan langit mulut mereka tidak memiliki lubang. Sebelum itu, aku tidak tau bahwa aku berbeda.
Sejak
kecil, seingatku, aku tidak
pernah diberi tahu oleh orangtuaku kalau aku adalah penyandang cleft
palate. Aku juga tidak mengerti bekas jahitan apa di atas bibirku itu,
yang aku tahu itu bekas operasi di usia 9 bulan, itupun tidak diberi
tahu
secara pasti operasi apa. Aku tidak berani bertanya. Atau mungkin
pernah, tapi
aku tidak ingat. Oh iya, saat kecil aku juga sempat percaya bahwa
operasiku itu
terjadi karena saat bayi pernah jatuh sehingga terluka di bagian bibir
dan
harus dioperasi sehingga meninggalkan bekas jahitan. Itu karena beberapa
teman yang berspekulasi sendiri tentang
kondisiku dan mereka mencetuskan cerita itu, sehingga aku ikut percaya.
Hehe..
Aku
tidak tau apa alasan dibalik ketertutupan informasi ini. Mungkin
keluargaku takut aku bertanya lebih jauh dan lalu menjadi minder.
Atau barangkali menganggap ini sebagai aib sehingga sebaiknya tidak usah
dibicarakan. Atau mungkin mereka merasa tidak perlu membahas hal itu dan
fokus
saja pada hal positif lainnya. Entahlah.. Tapi aku yakin apapun yang
dilakukan
keluargaku, aku tau mereka melakukannya karena sayang.
Pada saat itu juga belum ada internet,
aku belum bisa mencari tau sendiri informasi tentang kondisiku. Bisa dikatakan
aku tumbuh dalam ketidaktahuan dan kebingungan.
Selain tidak paham kenapa
langit-langit mulutku terbelah, aku juga
TIDAK TAHU bahwa suaraku tidak jelas.
Jadi begini, setiap kali aku
bicara, kalimat yang keluar selalu terdengar jelas oleh telingaku sendiri. Maka aku pikir tidak
ada yang aneh denganku, tapi kenapa orang-orang sering mengatakan suaraku tidak
jelas?
Aku
tidak tau ini terjadi pada semua penyandang celah bibir/langit lainnya
atau tidak, tapi memang suara yang keluar dari mulutku terdengar jelas
oleh telingaku. Aku kebingungan sendiri. Aku merasa
normal tapi kenapa banyak orang yang memandangku aneh? Kenapa banyak
orang kesulitan
berkomunikasi denganku? Padahal aku sudah bicara sejelas mungkin. Hei,
ada apa
dengan kalian? Kalian yang salah, atau aku? Ada apa dengan aku? Padahal
aku kan
baik-baik saja?
Pertanyaan seperti itu sering
berkecamuk di kepalaku sejak masih kanak-kanak. Aku bingung tapi tidak tau
harus bertanya pada siapa.
Ada satu peristiwa di masa kecil yang
masih kuingat sampai saat ini, tapi aku lupa itu usia berapa. Yang aku ingat,
aku sedang main dengan dua teman baru, laki-laki. Bermain semacam permainan
menyebut nama benda atau hewan. Lalu saat itu aku bilang “kuda” dan temanku itu
bilang: “apa? una? “ aku bilang lagi:”kuda”.. dia terus bilang tidak mengerti.
“Ga ada hewan namanya una”. Aku frustasi sekaligus bingung, aku tidak bilang
una, aku bilang kuda ko, kenapa dia justru mendengar una?
Ini membingungkan.
Tapi aku diam saja. Yang jelas sejak
saat itu (sampai sekarang) aku tidak mau menyebut kuda. Aku trauma, hehe.
Jangan salahkan aku.
Lalu pernah aku pergi ke warung, dan
ada seorang anak, dia bilang begini” ko dia mah kalo ngomong ga ngerti
yah?” Aku bingung sekali, apa iya?
Banyak sekali kejadian di masa kecil
yang membuat aku bingung. Kapan-kapan aku ceritakan lagi. Tapi seingatku, saat
masih SD aku tidak begitu mempermasalahkan hal ini. Aku juga tidak begitu
terpuruk. Memang kadang-kadang aku minder (dan oleh sebab itu sejak SD aku
tidak mau bicara di depan banyak orang), tapi seingatku aku tetap ceria. Aku
punya banyak teman. Masa kecilku sangat menyenangkan. Sepertinya saat itu aku
memang tidak terlalu paham bahwa aku “berbeda”. Toh sepanjang aku punya
banyak teman aku rasa ini bukan satu hal penting. Hanya kadang aku suka
ketakutan kalau harus mengucapkan beberapa suku kata meskipun dalam hati aku
yakin jelas, sebab seperti yang kubilang, orang-orang sering tidak mengerti.
Jadi ini situasi yang aneh. Aku merasa
normal tapi sekelilingku mengatakan tidak.
Ingin rasanya suatu hari bertukar
kisah dengan penyandang cleft palate yang lain, tentang masa kecil mereka,
apakah mereka juga tumbuh besar dengan ketidaktahuan dan kebingungan
sepertiku...
1 komentar:
Halo Hana, sudah cek yang di sinikah?
https://senyumsehat.wordpress.com/share-your-smile/
Blognya sudah tidak aktif memang (blog satunya juga), tapi siapa tahu masih bisa dikontak untuk tanya-tanya
Posting Komentar