Minggu, 21 September 2014

Aku, Tumbuh Besar Tanpa Mengerti Kondisiku Sendiri

Aku terlahir dengan palatoschisis/cleft palate, yakni celah di langit-langit mulut. Sejak bayi dan sampai usia 15 tahun aku hidup dengan langit mulut terbelah. Kau bisa bayangkan sendiri, atau tidak terbayang? Tidak apa, itu memang sedikit sulit, terutama jika kau tidak pernah bertemu penyandang palatoschisis. Tapi mungkin gambar berikut bisa sedikit memberi gambaran.

gambar diambil dari: www.cdc.gov

Semasa kanak-kanak, aku mengira semua orang juga memiliki kondisi langit-langit yang sama sepertiku, maka aku tidak tau bahwa langit mulut terbelah itu adalah kekurangan fisik. Aku juga tidak merasa ngeri sama sekali melihat lubang menganga di dalam rongga mulut. Terlebih, bukan satu hal mengherankan jika itu telah ada bersamamu sejak engkau kecil bukan? 
Aku hanya bingung ketika orang-orang sering bertanya, kenapa langit mulutku terbelah seperti itu. Kenapa ada bekas jahitan di atas bibirku tepat di bawah hidung, melingkar dari lubang yang satu ke lubang hidung yang lain. Aku jawab tidak tau, karna memang tidak tau kenapa begitu...

Aku baru sadar ketika memperhatikan orang-orang membuka mulut dan langit mulut mereka tidak memiliki lubang. Sebelum itu, aku tidak tau bahwa aku berbeda.
Sejak kecil, seingatku, aku tidak pernah diberi tahu oleh orangtuaku kalau aku adalah penyandang cleft palate. Aku juga tidak mengerti bekas jahitan apa di atas bibirku itu, yang aku tahu itu bekas operasi di usia 9 bulan, itupun tidak diberi tahu secara pasti operasi apa. Aku tidak berani bertanya. Atau mungkin pernah, tapi aku tidak ingat. Oh iya, saat kecil aku juga sempat percaya bahwa operasiku itu terjadi karena saat bayi pernah jatuh sehingga terluka di bagian bibir dan harus dioperasi sehingga meninggalkan bekas jahitan. Itu karena beberapa teman yang berspekulasi sendiri tentang kondisiku dan mereka mencetuskan cerita itu, sehingga aku ikut percaya. Hehe..

Aku tidak tau apa alasan dibalik ketertutupan informasi ini. Mungkin keluargaku takut aku bertanya lebih jauh dan lalu menjadi minder. Atau barangkali menganggap ini sebagai aib sehingga sebaiknya tidak usah dibicarakan. Atau mungkin mereka merasa tidak perlu membahas hal itu dan fokus saja pada hal positif lainnya. Entahlah.. Tapi aku yakin apapun yang dilakukan keluargaku, aku tau mereka melakukannya karena sayang.

Pada saat itu juga belum ada internet, aku belum bisa mencari tau sendiri informasi tentang kondisiku. Bisa dikatakan aku tumbuh dalam ketidaktahuan dan kebingungan.

Selain tidak paham kenapa langit-langit mulutku terbelah,  aku juga TIDAK TAHU bahwa suaraku tidak jelas.

Jadi begini, setiap kali aku bicara, kalimat yang keluar selalu terdengar jelas oleh telingaku sendiri. Maka aku pikir tidak ada yang aneh denganku, tapi kenapa orang-orang sering mengatakan suaraku tidak jelas?

Aku tidak tau ini terjadi pada semua penyandang celah bibir/langit lainnya atau tidak, tapi memang suara yang keluar dari mulutku terdengar jelas oleh telingaku. Aku kebingungan sendiri. Aku merasa normal tapi kenapa banyak orang yang memandangku aneh? Kenapa banyak orang kesulitan berkomunikasi denganku? Padahal aku sudah bicara sejelas mungkin. Hei, ada apa dengan kalian? Kalian yang salah, atau aku? Ada apa dengan aku? Padahal aku kan baik-baik saja?

Pertanyaan seperti itu sering berkecamuk ­­di kepalaku sejak masih kanak-kanak. Aku bingung tapi tidak tau harus bertanya pada siapa.

Ada satu peristiwa di masa kecil yang masih kuingat sampai saat ini, tapi aku lupa itu usia berapa. Yang aku ingat, aku sedang main dengan dua teman baru, laki-laki. Bermain semacam permainan menyebut nama benda atau hewan. Lalu saat itu aku bilang “kuda” dan temanku itu bilang: “apa? una? “ aku bilang lagi:”kuda”.. dia terus bilang tidak mengerti. “Ga ada hewan namanya una”. Aku frustasi sekaligus bingung, aku tidak bilang una, aku bilang kuda ko, kenapa dia justru mendengar una?

Ini membingungkan.

Tapi aku diam saja. Yang jelas sejak saat itu (sampai sekarang) aku tidak mau menyebut kuda. Aku trauma, hehe. Jangan salahkan aku.

Lalu pernah aku pergi ke warung, dan ada seorang anak, dia bilang begini” ko dia mah kalo ngomong ga ngerti yah?” Aku bingung sekali, apa iya?

Banyak sekali kejadian di masa kecil yang membuat aku bingung. Kapan-kapan aku ceritakan lagi. Tapi seingatku, saat masih SD aku tidak begitu mempermasalahkan hal ini. Aku juga tidak begitu terpuruk. Memang kadang-kadang aku minder (dan oleh sebab itu sejak SD aku tidak mau bicara di depan banyak orang), tapi seingatku aku tetap ceria. Aku punya banyak teman. Masa kecilku sangat menyenangkan. Sepertinya saat itu aku memang tidak terlalu paham bahwa aku “berbeda”. Toh sepanjang aku punya banyak teman aku rasa ini bukan satu hal penting. Hanya kadang aku suka ketakutan kalau harus mengucapkan beberapa suku kata meskipun dalam hati aku yakin jelas, sebab seperti yang kubilang, orang-orang sering tidak mengerti.

Jadi ini situasi yang aneh. Aku merasa normal tapi sekelilingku mengatakan tidak.

Ingin rasanya suatu hari bertukar kisah dengan penyandang cleft palate yang lain, tentang masa kecil mereka, apakah mereka juga tumbuh besar dengan ketidaktahuan dan kebingungan sepertiku...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Halo Hana, sudah cek yang di sinikah?
https://senyumsehat.wordpress.com/share-your-smile/
Blognya sudah tidak aktif memang (blog satunya juga), tapi siapa tahu masih bisa dikontak untuk tanya-tanya

Posting Komentar