Senin, 14 September 2015

Pada Satu Sore, Medium September 2015



Menjadi manusia yang memiliki keterbatasan fisik itu kadang memang ga enak. Setiap saat harus merasakan lelahnya dipandang sebelah mata, diremehkan, keberadaannya tak begitu diterima dan disukai. Semacam warga masyarakat kelas dua. Kelas tiga. Empat. Mungkin juga lima. Atau lebih jauh lagi.

Untuk sekedar bisa diterima dan dihargai, harus berusaha mati-matian. Mengerahkan segala tenaga. Harus ada yang dianggap “menguntungkan” baru bisa diterima.

Tidak seperti mereka yang normal. Meski  hatinya busuk, meski bajingan, meski tidak berguna, tidak perlu cape-cape mengeluarkan energi untuk bisa diterima. Untuk bisa disenangi. Mereka diterima saja, tidak perlu berjuang ekstra.

Sedang kau, mesti lalui fase-fase semacam ini : dipandang sebelah mata, diabaikan, dihina, baru kemudian bisa diiterima jika dianggap keberadaanmu menguntungkan.


diri, hempaskan cahaya di hati
rasakan dalam kenikmatan malam ini.
diri, usah kau elakkan nestapa,
hanya dirimu yang kau iba,
jangan relakan...
dirimu dihempas batuan.
dirimu dihempas batuan..
diri, biarkan karma berbicara.
tak heran dirimu terisak, ucapkanlah dendam...
dirimu dihempas batuan.

dirimu dihempas batuan...
kau tuan semua, yang kau harapkan...
diri, akankah.....

*lirik lagu Cermin-Sore*