Menjadi
manusia yang memiliki keterbatasan fisik itu kadang memang ga enak. Setiap saat
harus merasakan lelahnya dipandang sebelah mata, diremehkan, keberadaannya tak
begitu diterima dan disukai. Semacam warga masyarakat kelas dua. Kelas tiga.
Empat. Mungkin juga lima. Atau lebih jauh lagi.
Untuk sekedar bisa
diterima dan dihargai, harus berusaha mati-matian. Mengerahkan segala tenaga. Harus
ada yang dianggap “menguntungkan” baru bisa diterima.
Tidak seperti
mereka yang normal. Meski hatinya busuk, meski bajingan,
meski tidak berguna, tidak perlu cape-cape mengeluarkan energi untuk bisa
diterima. Untuk bisa disenangi. Mereka diterima saja, tidak perlu berjuang ekstra.
Sedang kau, mesti
lalui fase-fase semacam ini : dipandang sebelah mata, diabaikan, dihina, baru
kemudian bisa diiterima jika dianggap keberadaanmu menguntungkan.
diri, hempaskan cahaya di hati
rasakan dalam kenikmatan malam ini.
diri, usah kau elakkan nestapa,
hanya dirimu yang kau iba,
jangan relakan...
dirimu dihempas batuan.
dirimu dihempas batuan..
diri, biarkan karma berbicara.
tak heran dirimu terisak, ucapkanlah dendam...
dirimu dihempas batuan.
dirimu dihempas batuan...
kau tuan semua, yang kau harapkan...
diri, akankah.....
*lirik lagu Cermin-Sore*